时间:2025-06-07 08:57:56 来源:网络整理 编辑:热点
Jakarta, CNN Indonesia-- Menggunakan pakaian formal, jas, atau kemeja adalah hal lumrah yang biasany quickq苹果下载教程
Menggunakan pakaian formal, jas, atau kemeja adalah hal lumrah yang biasanya digunakan para pekerja. Tapi hal berbeda justru terjadi di China, ke kantor dengan pakaian rumahan yang nyaman, bahkan tidak sedikit yang memakai piyama jadi trenbelakangan ini.
Seorang pekerja muda yang dikenal juga dengan sebutan Gen Z baru-baru ini memamerkan bagaimana dia memilih pakaian untuk berangkat kerja. Aktivitas itu dibagikan melalui video di platform media sosial TikTok.
Melansir HR Brew, dia memperlihatkan sandal rumah, celana piyama yang terlihat agak longgar, yang dilengkapi dengan sweater coklat yang terlihat lusuh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pilihan Redaksi
|
Cara Cindy Luo berpakaian ini kemudian memicu tagar baru di media sosial. Tagar itu yakni #grossoutfitatwork. Pekerja yang kebanyakan wanita kemudian ikut-ikutan membagikan pakaian kerja versi mereka yang paling nyaman.
Cindy Luo memang tidak ingin repot-repot memilih pakaian mewah dan serasi yang membuatnya terlihat seperti pekerja kantoran 'umum'.
Dia justru memilih pakaian yang nyaman selama bekerja, walaupun dia harus meninggalkan rumah untuk menuju ke tempat kerja dengan pakaian itu.
Di China, seperti banyak tempat lain di dunia, wanita mempunyai standar yang lebih tinggi dalam pakaian kantor, sementara pakaian laki-laki sering kali tidak memerlukan banyak pertimbangan.
Dilaporkan New York Times, bagi para pejabat tinggi Partai Komunis Tiongkok yang hampir seluruhnya laki-laki, pilihan pakaian yang akan mereka kenakan cukup sederhana - "ting ju feng," atau "gaya kantor dan biro."
Ini adalah tampilan yang lembut dan bersahaja dari tipikal birokrat tingkat menengah, gaya yang disukai oleh Xi, presiden China.
Namun kini semua berubah, walau mungkin tidak semua mengikuti tren pakaian santai saat ke kantor, tapi bisa jadi banyak pekerja yang tidak ingin terlalu terikat dengan pakaian formal khas kantoran.
Bisa jadi ini juga mencerminkan semakin besarnya keengganan di kalangan generasi muda China, terhadap kehidupan yang penuh ambisi dan perjuangan seperti yang terjadi dalam beberapa dekade terakhir.
Ketika pertumbuhan negara melambat dan berkurangnya peluang yang menjanjikan, banyak generasi muda yang memilih untuk "berbaring". Sebuah pendekatan yang berlawanan dengan budaya untuk mencari kehidupan yang mudah dan tidak rumit. Dan sekarang bahkan mereka yang memiliki pekerjaan tetap pun masih melakukan protes diam-diam.
Pakaian yang sengaja dibuat loyo menjadi gerakan media sosial ketika seorang pengguna bernama "Kendou S-" memposting video di Douyin, media sosial semacam TikTok di China.
Dia memamerkan pakaian kerjanya: gaun sweater coklat lembut di atas celana piyama kotak-kotak dengan jaket berlapis merah muda dan sandal berbulu.
Dalam video tersebut, dia mengatakan atasannya di tempat kerja telah mengatakan kepadanya beberapa kali bahwa pakaiannya "kotor". Dan bahwa dia perlu mengenakan pakaian yang lebih baik "untuk menjaga citra perusahaan."
Videonya viral dan telah dibagikan 1,4 juta kali. Tagar "pakaian kotor di tempat kerja" tersebar di berbagai platform media sosial China, dan memicu kompetisi mengenai pakaian kerja mana yang paling menjijikkan.
Lihat Juga :![]() |
Di Weibo, X versi China, topik ini ditonton ratusan juta kali dan memicu diskusi yang lebih luas tentang mengapa generasi muda saat ini tidak mau berdandan untuk bekerja.
"Ini adalah kemajuan zaman," kata Xiao Xueping, seorang psikolog di Beijing.
Dia mengatakan generasi muda tumbuh dalam lingkungan yang relatif lebih inklusif dibandingkan generasi sebelumnya. Mereka belajar untuk mengutamakan perasaan mereka sendiri.
Xiao berkata bahwa pakaian tersebut mungkin merupakan bentuk protes yang bertanggung jawab, karena orang-orang masih melakukan pekerjaannya.
Hal ini juga merupakan tanda bagaimana negara-negara mengevaluasi kembali nilai-nilai dan prioritas ketika mereka mencapai tingkat kemakmuran yang lebih tinggi.
(tst/pua)Jokowi: Pancasila jadi Fondasi Indonesia Untuk Berhasil Hadapi Krisis Global2025-06-07 08:50
Habib Rizieq Ngamuk di Rutan Bareskrim, Polri Langsung Bilang Begini: Kami Hanya Mengamankan...2025-06-07 08:22
Listyo Sigit Bentuk Polisi Dunia Maya, Bagaimana Nasib Kasus Abu Janda?2025-06-07 08:17
Terpopuler: Pemprov DKI Banding Putusan PTUN soal UMP 2022, Anak Aniaya Ibu hingga Gigi Copot2025-06-07 07:29
7 Rekomendasi Bakso Enak dan Legendaris di Jakarta2025-06-07 07:28
5 Cara Mudah Menghilangkan Lemak di Perut, Bisa Bikin Rata2025-06-07 07:16
Daftarkan Pandai ke KPU, Farhat Abbas Optimis Partainya Jadi Peserta Pemilu 20242025-06-07 07:15
Mumpung Yen Anjlok, Ini Kota2025-06-07 07:09
457 Tersangka TPPO Berhasil Ditangkap, Polri Ungkap Modusnya2025-06-07 06:50
Inggris Muak Terhadap Israel, Umumkan Sanksi Atas Serangan di Gaza2025-06-07 06:16
Puan Maharani Puji Ganjar Pranowo Setinggi Langit, Sosok Pemimpin Istimewa2025-06-07 08:53
5 Posisi Bercinta Terbaik Kala Cuaca Panas, Bikin Nyaman Bareng Si Dia2025-06-07 08:37
Ini Perkembangan Kasus 'Koboi Belagu' Mantan CEO Restock ID2025-06-07 08:00
Kabar Gembira dari Anies Baswedan, Program Samawa DP 0 Rupiah Bakalan Ditambah...2025-06-07 07:39
FOTO: Nasib Koin2025-06-07 07:19
Sinarmas Sekuritas Bantah Lakukan Penipuan2025-06-07 07:07
Trump Dinilai Mengada2025-06-07 07:02
Hadir di Acara Pemakaman Ibunda Fadli Zon, ini Kenangan Wagub DKI2025-06-07 06:57
4 WNI yang Diduga Jadi Korban TPPO di Myanmar Dibebaskan, Begini Kondisinya Sekarang2025-06-07 06:51
Soal Perpres Miras, PAN Salahkan Tim Hukum Jokowi2025-06-07 06:47